Mr Saturday Rider Akhirnya Menangkan Balapan Hari Minggu



"Bukan motor hebat yang membuat seorang pembalap menjadi juara dunia, tetapi bagaimanakah cara seorang pembalap mengoptimalkan semua kelebihan serta kekurangan motornya untuk digabungkan dengan talenta, kemauan serta keberanian pembalap itu untuk menaklukkan rasa takutnya sendiri!"


Maverick "Teratas Gun" Vinales pada akhirnya dapat bernafas lega. Dia sekarang sudah terlepas dari sumpah "grip ban belakang" yang sejauh ini menghantuinya. Pada balapan Misano jilid I yang berjalan Ahad lantas, Vinales membuat kesalahan besar dengan menggunakan ban kompon Medium-Hard di saat balapan.

Mengakibatkan matanya langsung pedih sebab diasapi pembalap lain. Walau sebenarnya pada session kwalifikasi satu hari awalnya, Vinales malah memakai ban kompon Hard-Soft untuk mengunci pole satu. Vinales disebutkan "Mr Saturday Pembalap" sebab dia seringkali kuasai pole, tetapi sulit untuk menang esok harinya.

Sesudah jadi bahan tertawaan mahluk sejagad, Vinales selanjutnya membuat pernyataan yang mengagetkan. Vinales menjelaskan jika dia sudah capek semasa 3 tahun paling akhir ini cari jalan keluar atas masalah ban belakang yang tetap merundung YZR-M1. Kadang grip ban belakang demikian mencengkram. Tetapi kadang ban belakang seperti kehilangan grip, membuat dia kesusahan mengatur motor. Sekarang dia menyerah, serta tidak mau lagi memberatkan pemikirannya dengan permasalahan itu.

Sama dengan Rossi, Vinales bukan tipikal pembalap pengembang (development pembalap) seperti Dani Pedrosa, ditambah lagi seperti Casey stoner. Itu penyebabnya Vinales seringkali kesusahan di "Hari Minggu" (session balapan) saat mendapatkan permasalahan baru di motornya. Ditambah lagi permasalahan itu tidak terlihat pada "Hari Sabtu" (session kwalifikasi) Permasalahannya, Vinales tidak selamanya dapat menerangkan dengan cara tehnis apakah yang dirasanya ke mekanik, serta mekanik pun tidak seutuhnya pahami dengan pas apakah yang dirasa Vinales dengan settingan motornya.

Jadi keberhasilan Vinales benar-benar bergantung ke settingan mekanik. Saat Vinales memperoleh settingan motor yang pas, maka susah menaklukkannya. Kebalikannya, jika sedikit ada permasalahan di motor, ditambah lagi saat dia pada keadaan bad-mood, karena itu dia akan tampil malas-malasan.

Masih ingat gerakan badan Vinales mengangkat tangan di lap ke-14, saat dia hadapi permasalahan rem pada MotoGP Styria lalu? Itu sebetulnya aksi yang paling membuat malu. Vinales semestinya langsung masuk pit untuk retired.

Dapat dibuktikan selanjutnya saat motor Vinales menabrak air wall serta langsung terbakar. Belum juga Vinales melaju deras di atas aspal saat melonjak dari motor. Bagaimana jika bertepatan ada pembalap di belakang Vinales? Tidak saja mencelakakan nyawa Vinales sendiri saat terlindas motor, dan juga nyawa pembalap yang menunggangi motor itu.

Dalam ini Race direction (Dorna serta FIM) sudah lakukan kekeliruan besar saat biarkan hal itu berlangsung. Jika MotoGP disiplin seperti F1, karena itu Vinales serta Yamaha semestinya diberi hukuman plus denda. Biarkan seorang pembalap yang memiliki masalah dengan remnya sama juga dengan biarkan seorang teroris berkeliaran di circuit. Kecuali dapat membunuh dirinya, dia tentunya juga bisa membunuh pembalap yang lain. Jika Yamaha tidak dapat jamin serta pastikan rem yang dipasang pada motor mereka itu aman, seharusnya mereka itu dilarang turut berperan serta!

Banyak pembalap menduga jika kedahsyatan Marquez itu sebab unsur motor Honda. Tetapi saat lihat motor Honda terseok-seok serta jadi juru kunci tanpa ada seorang Marquez, Vinales selanjutnya tersengat. Rupanya tidak ada motor yang prima!

"Bukan motor hebat yang membuat seorang pembalap menjadi juara dunia, tetapi bagaimanakah cara seorang pembalap mengoptimalkan semua kelebihan serta kekurangan motornya untuk digabungkan dengan talenta, kemauan serta keberanian pembalap itu untuk menaklukkan rasa takutnya sendiri!"


 

Postingan populer dari blog ini

Tampil Bagus di MotoGP Catalunya, Apakah Quartararo Mulai Pikirkan Juara Dunia?

MotoGP Emilia Romagna: Vinales Juara, Rossi Gagal Finis

21 Tahun Jadi Tim Mekanik Rossi, Alex Briggs Tak Diajak Pindah ke Petronas SRT